Pages

2013/02/07

Sebuah Nama Untuk Teman

Saya sering tersenyum-senyum kasihan saat mendengar dia dipanggil dengan nama itu. Lucu sih, tapi kasihan aja, apalagi melihat wajahnya yang lugu (menurut penampakan saya dari luar sih) yang menyahut atas panggilan itu. “GABOD alias Gadang Bodoh, bahasanya berasal dari daerah Padang yang berarti sudah besar, tapi bodoh.
Dia karyawan baru di kantor, kami beda divisi, tapi karena satu payung alias satu perusahaan tambah lagi satu kantor, kami saling mengenal. Teman-teman di kantor sering memanggilnya begitu, parahnya lagi sopir untuk divisi saya pun ikut-ikutan. Handehhhh….ingin rasanya saya menegurnya, tapi ya sudahlah, saya takut orangnya tersinggung, toh yang bersangkutan juga tidak keberatan. Tapi kalau saya, pasti tidak terima dipanggil dengan nama itu. Orang tua kasih nama bagus-bagus koq malah diganti jelek begitu, ckckckckck.
Saya jadi ingat dengan seorang teman waktu kuliah. Entah siapa yang memulai nama itu, saya juga tidak ingat sejak kapan panggilannya jadi berubah, hampir semua teman memanggilnya begitu. Parahnya lagi, dia perempuan. Ah, padahal perempuan itu punya perasaan lebih sensitive dibanding laki-laki.
Saya pernah dengan sengaja memperhatikan raut wajahnya saat sedang berbicara dengan teman-teman dan dipanggil begitu. Feeling saya sih, ada rasa iba di matanya karena digelari begitu. Tapi dia tetap enjoy, mungkin dia takut yang lain menganggapnya “belagu” kalau marah, jadi dia berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya dipanggil begitu. Dia takut kehilangan teman-temannya. Saya yakin kalau ditanya dari hati ke hati, dia pasti akan lebih senang dan dihargai jika dipanggil dengan nama pemberian orang tuanya.
Saya juga pernah mengomentari seorang teman, saya lupa siapa dan kapan, tentang panggilan untuknya itu, saya cuma direspon dengan tertawa. Tapi saya tahu, di lubuk hati dan di dasar pikiran teman itu ada rasa bersalah dan tidak enak hati, karena menamainya sejelek itu. Tapi mungkin karena telah terbiasa, jadi agak susah mengubahnya kembali dan tetaplah panggilan untuknya seperti itu.
Yah, itu karena telah terbiasa. Padahal untuk memanggilnya dari nama asli menjadi nama baru itu, juga perlu pembiasaan kan? Pasti awalnya kita juga susah memanggilnya dengan nama itu, tapi karena dibiasakan akhirnya, yah terbiasa. Jadi tidak sulit kan, membiasakan diri memanggilnya kembali dengan nama asli ?
Nama itu adalah doa dari orang tua untuk anaknya, doa yang terpanjatkan sepanjang hayat. Tegakah kita mengobrak-abrik doa mereka?
Nama itu adalah jati diri seseorang. Tegakah kita menjatuhkan jati diri seseorang yang kita sebut teman?
***Hanya untuk perenungan***

2 comments:

  1. hahay, opi juga pernah membahas tentang hal ini. yaah kurang lebih sedikit sama lah...

    http://opi-dmynd.blogspot.com/2013/01/sebuah-arti-panggilan.html

    ini di bahas dari sisi lain juga sih... :) :)

    ReplyDelete
  2. Anonymous7/2/13 17:17

    mari merenung...

    ReplyDelete